"Bisakah Jakarta Bebas Banjir ?"

BAB 1
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Manusia memang tidak dapat dipisahkan dari segala aktivitasnya. dan dari aktivitas sehari-hari tersebut pasti kita mengeluarkan sampah. Sampah yang kita hasilkan tidak hanya berupa sampah makanan dan pembungkusnya, tapi sampah hasil dari segala aktivitas yang kita lakukan. Seperti sampah kertas, botol, kaleng, sampah organic maupun anorganik.
Berbicara tentang sampah, pasti kita juga berbicara tentang tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia yang malas untuk membuang sampah pada tempatnya. Contohnya saja pada bantaran sungai, orang – orang tersebut mendirikan bangunan di bantaran sungai secara illegal dan membuah sampah rumah tangganya langsung ke sungai tersebut. Lalu apa yang terjadi? ketika musim penghujan datang dengan curah hujan di atas normal seperti yang kita alami sekarang ini bencana pun datang. Bencana yang hampir setiap tahun terjadi yaitu banjir.
Banjir ini terjadi bukan hanya karna faktor alam saja. Tetapi kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sampah – sampah di sungai yang melintasi setiap kota. Sungai pun meluap karena besarnya volume sampah yang ada sehingga sungai tidak bisa menampung air hujan secara maksimal. Aktivitas manusia pun terhambat, jalur transportasi darat tergenang air, daerah pemukiman pun tergenang akibat luapan air sungai.
Permasalahan yang dipaparkan oleh penulis dalam makalah ini sengaja dipilih karena permasalahan ini menarik untuk dibahas dan dikaji lebih lanjut.


B. Identifikasi Masalah
Masalah yang dapat diidentifikasi adalah :
1. Cara agar masyarakat tidak membuang sampah di aliran sungai Jakarta.
2. Dampak dan kerugian yang ditimbulkan akibat banjir.
3. Bagaimana cara mengatasi daerah Jakarta agar tidak terjadi banjir.

C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada masalah :
1. Pemukiman liar pada aliran sungai di Jakarta yang masyarakatnya menggunakan sungai sebagai tempat pembuangan sampah.
2. Dampak dan Kerugian banjir.
3. Solusi agar daerah Jakarta tidak terkena banjir.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara agar masyarakat Jakarta tidak membuang sampah rumah tangga ke sungai?.
2. Apa saja dampak dan kerugian yang ditimbulkan dari banjir?
3. Apa saja solusi yang harus dilakukan agar daerah Jakarta tidak terkena banjir?.

E. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Agar masyarakat sadar akan lingkungan sekitarnya dan ikut serta memelihara lingkungannya agar tidak terjadi bencana banjir.
2. Mengetahui cara mengatasi sampah agar tidak banjir.

F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang bisa diambil dari penulisan makalah ini adalah :
1. Masyarakat semakin mengetahui pentingnya menjaga lingkungan seperti tidak membuang sampah pada sungai agar aliran sungai tidak meluap yang akan menimbulkan banjir.
2. Masyarakat dapat mengetahui solusi bagaimana caranya menanggulangi banjir.




BAB II
PEMBAHASAN


2. 1 Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa tergenangnya daratan karena volume air yang meningkat. Biasanya banjir terjadi akibat curah hujan yang tinggi yang mengakibatkan meluapnya air disuatu tempat atau meluapnya air sungai, ataupun banjir karena pecahnya bendungan sungai.
Banjir merupakan hasil interaksi antara hujan dan kualitas lingkungan setempat sehingga banjir yang melanda Jakarta setiap tahun menunjukkan buruknya kualitas lingkungan di Jakarta. Banjir di Jakarta tidak hanya berupa air tapi juga disertai dengan sampah masyarakat yang tidak bisa diolah dan tertimbun di tempat-tempat tertentu, seperti sungai yang dijadikan sebagai pemukiman.

2.2 Penyebab Banjir
Banyak penyebab mengapa banjir menjadi sangat akrab dengan ibukota ini. Salah satunya adalah karena dataran Jakarta lebih rendah dari permukaan laut, selain itu juga dikarenakan 13 sungai yang melintasi wilayah Jakarta yang selalu meluap karena tidak dapat menampung volume air yang terlalu banyak. Kondisi itu diperparah oleh sistem drainase yang buruk, menumpuknya sampah dan sungai yang makin menyempit karena tepiannya dijadikan perumahan penduduk.
Hujan bukanlah penyebab utama banjir di Jakarta. Saat banjir, sampah di Jakarta bisa meningkat hingga hampir dua kali lipat. Jika rata-rata volume sampah Jakarta 6.000 ton per hari, maka ketika banjir bisa mencampai 9.000 ton sampai 10.000 ton. Sampah ini berupa puing-puing, pohon tumbang, dan plastik yang ikut hanyut terbawa air sungai. Sebagian dari sampah tersebut merupakan sampah yang disebabkan kerusakan akibat banjir. Namun, sebagian lagi adalah sampah yang telah lama ada di sungai-sungai dan saluran air di Jakarta.
Sebelum banjir pun sampah telah menutupi sungai dan saluran sehingga aliran air tidak bisa berjalan dengan lancar. Sampah merupakan satu di antara penyebab banjir di Jakarta, selain kurang optimalnya sistem drainase dan pendangkalan sungai. Drainase yang tidak dapat berfungsi maksimal, salah satunya juga disebabkan karena tertutup sampah. Misalnya saja sungai Ciliwung, Ciliwung memiliki dampak yang paling luas ketika musim hujan karena ia mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan, perumahan padat, dan pemukiman-pemukiman kumuh. Sungai ini juga dianggap sungai yang paling parah mengalami kerusakan dibandingkan sungai-sungai lain yang mengalir di Jakarta. Selain karena daerah aliran sungai (DAS) di bagian hulu di Puncak dan Bogor yang rusak, DAS di Jakarta juga banyak mengalami penyempitan dan pendangkalan yang mengakibatkan potensi penyebab banjir di Jakarta menjadi besar.

2.3 Dampak dan Kerugian Banjir
Kerugian materil akibat banjir di Jakarta mencapai Rp. 8,8 trilyun, termasuk kerugian ekonomi sebesar Rp. 5.2 trilyun dan kerugian tak langsung Rp. 3,6 trilyun.
Selain kerugian materil kerugian lain yang ditimbulkan akibat bencana banjir ini menimbulkan kelumpuhan aktivitas warga Jakarta. Jaringan telepon dan internet terganggu. Sebagian wilayah Jakarta mengalami pemadaman aliran listrik. Puluhan warga Jakarta yang rumahnya tergenang banjir harus mengungsi di posko-posko banjir tedekat. Sebgaian lagi harus mengungsi ke atap-atap rumah menunggu tim penolong datang.
Di dalam kota, banjir menggenangi jalan Tol dalam kota, kemacetan pun terjadi. Kemacetan pun diperparah karena arus banjir menggerus jalanan Jakarta dari rusak ringan sampai berat. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²), Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar.
Sedikitnya 20 orang warga Jakarta meninggal karena hanyut dan juga ada yang meninggal karena diare, sakit, karena hal-hal yang setelah banjir dan lebih dari 340 ribu warga kehilangan tempat tinggalnya akibat banjir di Jakarta.
Di sektor perbankan, sedikitnya 180 cabang bank milik pemerintah terpaksa tutup dan operasi belum sepenuhnya normal pada hari Senin. Lebih dari 250 gerai Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik berbagai bank rusak atau belum berfungsi normal.

2.4 Pasca Banjir
Masalah terjadi bukan pada saat banjir datang saja, masalah pun juga datang setelah banjir surut. Berbagai penyakit pun muncul setelah banjir surut. Beberapa wabah penyakit yang menjangkit pasca banjir di antaranya adalah demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, leptospirosis, tifus, diare, influenza, ISPA dan penyakit kulit.
Ada peningkatan DBD dengan total kasus 876 dari periode Januari hingga 11 Februari 2009. Sementara itu, chikungunya, penyakit yang berasal dari Afrika Timur ini hingga kini belum dilaporkan ada kasus. Begitu juga dengan leptospirosis, tifus, diare dan influenza serta penyakit kulit.
Sedangkan untuk penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), sedikitnya 4.200 kasus terjadi di wilayah Jakarta Selatan sendiri.
Untuk mencegah terjangkitnya penyakit-penyakit tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada akan penyakit. Dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan sekitar, akan mengurangi terjangkitnya penyakit.
Pemerintah juga menganggarkan dana untuk penanggulangan dan pemulihan infrastruktur pasca banjir di Jakarta.

2.5 Sistem Pencegahan Banjir di Jakarta
Sistem penanganan banjir Jakarta adalah sebuah sistem untuk mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Sistem ini telah direncanakan dan dibangun sejak zaman kolonial dan terus disempurnakan hingga sekarang. Namun sistem ini masih belum bisa mencegah terjadinya banjir di Jakarta.
Sistem pencegahan banjir Jakarta terdiri dari beberapa proyek di antaranya adalah Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur.

2.5.1 Banjir Kanal Barat
Pembangunan saluran banjir Banjir Kanal Barat, atau juga sering disebut Kali Malang (Barat)ini dimulai tahun 1922, dengan bagian hulu berawal dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara, di daerah Pluit.

2.5.2 Banjir Kanal Timur
BKT direncanakan untuk menampung aliran Kali Ciliwung, Kali Cililitan, Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Daerah tangkapan air (catchment area) mencakup luas lebih kurang 207 kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektar. Rencana pembangunan BKT tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 Provinsi DKI Jakarta. Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.

Banyaknya sampah di sungai menjadi salah satu penyebab banjir. Pemerintah DKI Jakarta harus mengangkat 600 m3 sampah sungai setiap kali banjir datang pada tahun lalu. Upaya membangkitkan kesadaran masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai untuk lebih mencintai lingkungan, meski sangat sulit sebaiknya terus dilakukan dengan berbagai pendekatan. Memberikan pengetahuan untuk mengolah sampah menjadi barang bermanfaat, agaknya dapat membantu merubah kebiasaan membuang sampah ke sungai.
Prinsip-prinsip membangun alam yang ramah lingkungan yang dikenal dengan 3 Reduce, Reuse dan Recycle, secara bertahap lebih diintensifkan. Reduce, berarti mengurangi sampah, warga bisa membawa tempat makanan sendiri saat membeli makanan di warung jika dibawa pulang, atau membawa minuman dalam botol minum daripada membeli air dalam botol kemasan. Reuse, artinya menggunakan kembali barang-barang bekas, misalnya ember atau kaleng untuk pot. Terakhir Recyle, mendaur ulang; misalnya sampah dapur dan daun dijadikan kompos, kemasan plastik minyak goreng, minuman instan dan lain-lain dapat dijadikan tas yang cantik dan trendi.
Usaha memindahkan penduduk yang tinggal di daerah aliran sungai juga bukan perkara mudah. Tipis kepedulian dan kesadaran warga bahwa sebenarnya keberadaan pemukiman penduduk di bantaran kali dapat menghambat arus sungai ke muara, sehingga air melimpah ke sisi sungai. Sekalipun ada tawaran untuk pindah ke rumah susun misalnya, alasan klasik selalu muncul. Dana yang tak cukup untuk menyewa rumah atau letaknya jauh dari tempat mencari nafkah dan sederet dalih lainnya. Pendek kata, mereka lebih suka kebanjiran daripada dipindahkan.
Kesadaran warga untuk menyayangi lingkungan perlu terus dikobarkan. Membersihkan saluran air harus dilakukan setiap hari, tak perlu menunggu hujan turun. Membuang sampah atau memafaatkan sampah yang ada agar menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat harus terus digalakkan.


BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari pembahasan di atas bahwa masayarakat perlu ditingkatkan kesadarannya akan kebersihan lingkungannya sendiri, terutama dalam pembuangan sampah ke dalam sungai. . Masyarakat harus terus diingatkan bagaimana memperlakukan sampah. Jika tidak, bencana banjir dan penyakit akan terus menghantui masyarakat. Perubahan perilaku harus direkayasa karena memang sulit dilakukan. Warga juga harus berani menegur orang-orang yang membuang sampah sembarangan. Teguran ini pastinya akan selalu diingat oleh si pelaku dan membuatnya berpikir ulang kalau mau buang sampah sembarangan.
Adanya penengakan hukuman terhadap orang yang membuang sampah sembarang ke sungai, jalanan, jalur hijau atau tempat umum lainnya dekenakan sanksi pidana maksimal 60 hari atau denda paling banyak 20 juta.
Memindahkan penduduk atau warga yang tinggal di bantaran sungai ke tempat yang lebih layak. Karna adanya bangunan di tepian sungai, sungai-sungai di Jakarta menjadi sempit luasnya, dan tidak cukup untuk menampung air hujan secara maksimal. Serta terjadinya pendangkalan di setiap sungai-sungai akibat sampah yang menumpuk. Pemerintah sudah menyiapkan rumah susun bagi warga yang berada di bantaran sungai tersebut.
Banyak dampak-dampak yang terjadi akibat ulah manusia, pembuangan sampah ke sungai, pendirina bangunan liar dibantaran sungai menyebabkan peluapan air ketika musim hujan. Banjir pun melanda Jakarta, aktivitas manusia pun lumpuh akibat banjir. Banyak korban berjatuhan karna tersbawa arus sungai, rumah-rumah warga pun banyak yang terendam sehingga warga harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Penyakit berdatangan ke korban pengungsian karena kurangnya air bersih sampai kurangnya pasokan makanan bagi korban banjir tersebut.
Pemerintah sudah mencanangkan program-program untuk mengatasi banjir yakni melakukan rehabilitasi situ, rebosisasi, dan membangun waduk, misalnya mengupayakan pembangunan Waduk Ciawi. Sedangkan penanggulangan banjir di hilir yaitu menuntaskan pembangunan banjir kanal timur (BKT), pembangunan polder-polder di daerah cekungan, pencegahan penurunan muka tanah dan penataan pemikiman daerah rawan bajir. Tak hanya itu, penanggulangan banjir juga akan dilaksanakan secara non struktural yaitu, pengendalian tata ruang, peningkatan kesadaran masyarakat dan konservasi daerah aliran sungai (DAS).

B. Saran
Saran yang yang di pertimbangkan adalah :
1. Kesadaran masyarakat akan bahaya banjir perlu ditingkatkan dengan mensosialisasi-kan pentingnya normalisasi saluran/sungai.
2. Untuk mencegah munculnya peluapan iar sungai perlu dilakukan pengurasan atau pengerukan saluran sungai secara rutin, pengurapan dinding sungai, pelebaran luas saluran sungai dan perbaikan sistem saluran sungai.
3. Perlu adanya ketegasan pemerintah daerah Jakarta dalam membenahi pemukiman penduduk di sepanjang bantaran sungai.
4. Dibutuhkan suatu tindakan atau usaha yang besar dalam menangani masalah banjir, misalnya membangun kanal-kanal banjir.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007
http://BBCindonesia.com
http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=286
http://digilib-ampl.net
http://kompas.com

Posting Komentar